Wednesday, March 17, 2010

BAHASA SEPI

INILAH sajak ketiga saya yang dipilih oleh pengelola sudut sajak Harian Metro edisi Selasa.

Sebagai manusia, kita adalah hayawan an-natiq. Boleh melihat, berfikir, bermuhasabah diri dan lazimnya mampu meluahkan sesuatu untuk berbicara dengan alam dan segala isinya.

Bagaikan kesinambungan dengan sajak Nur Hijrah (buah tangan saya dalam DS), mutakhir ini saya sering berbahasa sepi. Gelodak dan sedikit onar dalam nubari memaksa saya menjadi manusia bisu!.

Bisu dengan lisan menjadi keras kaku tatkala dihadapkan dengan realiti yang sedang membengkak dan membusung di akar hati. Bahasa sepi bernada pujuk rayu, sebak hiba, sumpah seranah dan pelbagai keluh kesah sedang beralun di segenap pelusuk nurani. Cabaran atau dugaan apakah ini?

Apa jua, saya tetap kembali pada-Nya. Setiap detik, saat jantung masih berdegup, saya puncakkan segala pengharapan pada Rabbul Jalil. Doa saya pacak di pergunungan durga, tenanglah hati, tabahlah jiwa. Terka apa yang terawang di fantasi dengan bisik suci fitrah insani, agar seluruh jasad diri terus tegak dan masih mampu untuk menapak!

No comments: